a) Morfologi, yaitu cabang Biologi tentang penampakan atau bentuk luar tubuh makhluk hidup.
b) Anatomi, yaitu cabang Biologi tentang struktur dalam tubuh makhluk hidup.
c) Fisiologi, yaitu cabang Biologi tentang fungsi alat tubuh makhluk hidup.
d) Histologi, yaitu cabang Biologi tentang susunan dan fungsi jaringan tubuh makhluk hidup.
e) Sitologi, yaitu cabang Biologi tentang struktur dan fungsi sel.
f) Genetika, yaitu cabang Biologi tentang sifat-sifat keturunan beserta seluk- beluknya.
g) Embriologi, yaitu cabang Biologi tentang perkembangan zigot sampai fetus serta faktor-faktor yang memengaruhinya.
h) Teratologi, yaitu cabang Biologi tentang cacat perkembangan pada embrio.
i) Patologi, yaitu cabang Biologi tentang penyakit dan pengaruhnya pada organisme.
j) Endokrinologi, yaitu cabang Biologi tentang hormon.
k) Ekologi, yaitu cabang Biologi tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
l) Taksonomi, yaitu cabang Biologi tentang pengelompokan makhluk hidup.
m) Zoologi, yaitu cabang Biologi tentang dunia hewan.
n) Botani, yaitu cabang Biologi tentang dunia tumbuhan.
o) Mikrobiologi, yaitu cabang Biologi tentang mikroorganisme atau jasad renik.
p) Entomologi, yaitu cabang Biologi tentang serangga.
q) Ornitologi, yaitu cabang Biologi tentang burung.
r) Mikologi, yaitu cabang Biologi tentang jamur.
s) Bakteriologi, yaitu cabang Biologi tentang bakteri.
t) Virologi, yaitu cabang Biologi tentang virus.
Rabu, 26 September 2012
Kamis, 13 September 2012
Kisah Siti Mashitoh Dalam Mempertahankan Aqidah
Sahabat kisah ini sudah hampir dilupakan oleh kalangan ummat islam, anak-anak generasi muda saat ini saya yakin mereka tidak pernah dengar kisah yang sangat memberikan inspirasi besar dalam kehidupan, bagaimana keteguhan dan keyakinannya menjadikan ia wanita yang mulia disisi Allah SWT. Siapa wanita mulia tersebut dialah Siti Masyitoh yang hidup pada zaman Fir’aun dan sekaligus menjadi pembantu mengurus anak-anaknya Fir’aun. Kisah ini saya dapatkan dari guru-guru saya pada saat duduk dibangku Madrasah Tsanawiyah.Berikut Kisahnya
“Apa, di dalam kerajaanku sendiri ada pengikut Musa?” Teriak Fir’aun dengan amarah yang membara setelah mendengar cerita putrinya perihal keimanan Siti Masyitoh. Hal ini bermula ketika suatu hari Siti Masyitoh sedang menyisir rambut putri Fir’aun, tiba-tiba sisir itu terjatuh, seketika Siti Masyitoh mengucap Astagfirullah. Sehingga terbongkarlah keimanan Siti Masyitoh yang selama ini disembunyikannya.
“Baru saja aku menerima laporan dari Hamman, mentriku, bahwa pengikut Musa terus bertambah setiap hari. Kini pelayanku sendiri ada yang berani memeluk agama yang dibawa Musa. Kurang ajar si Masyitoh itu,” umpat Fir’aun.
“Panggil Masyitoh kemari,” perintah Fir’aun pada pengawalnya. Masyitoh datang menghadap Fir’aun dengan tenang. Tidak ada secuil pun perasaan takut di hatinya. Ia yakin Allah senantiasa menyertainya.
“Masyitoh, apakah benar kamu telah memeluk agama yang dibawa Musa?”. Tanya Fir’aun pada Masyitoh dengan amarah yang semakin meledak.
“Benar,” jawab Masyitoh mantap.
“Kamu tahu akibatnya? Kamu sekeluarga akan saya bunuh,” bentak Fir’aun, telunjuknya mengarah pada Siti Masyitoh.
“Saya memutuskan untuk memeluk agama Allah, maka saya telah siap pula menanggung segala akibatnya.”
“Masyitoh, apa kamu sudah gila! Kamu tidak sayang dengan nyawamu, suamimu, dan anak-anakmu.”
“Lebih baik mati daripada hidup dalam kemusyrikan.”
Melihat sikap Masyitoh yang tetap teguh memegang keimanannya, Fir’aun memerintahkan kepada para pengawalnya agar menghadapkan semua keluarga Masyitoh kepadanya.
“Siapkan sebuah belanga besar, isi dengan air, dan masak hingga mendidih,” perintah Fir’aun lagi.
Ketika semua keluarga Siti Masyitoh telah berkumpul, Fir’aun memulai pengadilannya.
“Masyitoh, kamu lihat belanga besar di depanmu itu. Kamu dan keluargamu akan saya rebus. Saya berikan kesempatan sekali lagi, tinggalkan agama yang dibawa Musa dan kembalilah untuk menyembahku. Kalaulah kamu tidak sayang dengan nyawamu, paling tidak fikirkanlah keselamatan bayimu itu. Apakah kamu tidak kasihan padanya.”
Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Fir’aun, Siti Masyitoh sempat bimbang. Tidak ada yang dikhawatirkannya dengan dirinya, suami, dan anak-anaknya yang lain, selain anak bungsunya yang masih bayi. Naluri keibuannnya muncul. Ditatapnya bayi mungil dalam gendongannya. “Yakinlah Masyitoh, Allah pasti menyertaimu.” Sisi batinnya yang lain mengucap.
Ketika itu, terjadilah suatu keajaiban. Bayi yang masih menyusu itu berbicara kepada ibunya, “Ibu, janganlah engkau bimbang. Yakinlah dengan janji Allah.” Melihat bayinya dapat berkata-kata dengan fasih, menjadi teguhlah iman Siti Masyitoh. Ia yakin hal ini merupakan tanda bahwa Allah tidak meninggalkannya.
Allah pun membuktikan janji-Nya pada hamba-hamba-Nya yang memegang teguh (istiqamah) keimanannya. Ketika Siti Masyitoh dan keluarganya dilemparkan satu persatu pada belanga itu, Allah telah terlebih dahulu mencabut nyawa mereka, sehingga tidak merasakan panasnya air dalam belanga itu.
Demikianlah kisah seorang wanita shalihah bernama Siti Masyitoh, yang tetap teguh memegang keimanannya walaupun dihadapkan pada bahaya yang akan merenggut nyawanya dan keluarganya.
Ketika Nabi Muhammad Saw. isra dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, beliau mencium aroma wangi yang berasal dari sebuah kuburan. “Kuburan siapa itu, Jibril?” tanya baginda Nabi.
“Itu adalah kuburan seorang wanita shalihah yang bernama Siti Masyitoh,” jawab Jibril.
“Apa, di dalam kerajaanku sendiri ada pengikut Musa?” Teriak Fir’aun dengan amarah yang membara setelah mendengar cerita putrinya perihal keimanan Siti Masyitoh. Hal ini bermula ketika suatu hari Siti Masyitoh sedang menyisir rambut putri Fir’aun, tiba-tiba sisir itu terjatuh, seketika Siti Masyitoh mengucap Astagfirullah. Sehingga terbongkarlah keimanan Siti Masyitoh yang selama ini disembunyikannya.
“Baru saja aku menerima laporan dari Hamman, mentriku, bahwa pengikut Musa terus bertambah setiap hari. Kini pelayanku sendiri ada yang berani memeluk agama yang dibawa Musa. Kurang ajar si Masyitoh itu,” umpat Fir’aun.
“Panggil Masyitoh kemari,” perintah Fir’aun pada pengawalnya. Masyitoh datang menghadap Fir’aun dengan tenang. Tidak ada secuil pun perasaan takut di hatinya. Ia yakin Allah senantiasa menyertainya.
“Masyitoh, apakah benar kamu telah memeluk agama yang dibawa Musa?”. Tanya Fir’aun pada Masyitoh dengan amarah yang semakin meledak.
“Benar,” jawab Masyitoh mantap.
“Kamu tahu akibatnya? Kamu sekeluarga akan saya bunuh,” bentak Fir’aun, telunjuknya mengarah pada Siti Masyitoh.
“Saya memutuskan untuk memeluk agama Allah, maka saya telah siap pula menanggung segala akibatnya.”
“Masyitoh, apa kamu sudah gila! Kamu tidak sayang dengan nyawamu, suamimu, dan anak-anakmu.”
“Lebih baik mati daripada hidup dalam kemusyrikan.”
Melihat sikap Masyitoh yang tetap teguh memegang keimanannya, Fir’aun memerintahkan kepada para pengawalnya agar menghadapkan semua keluarga Masyitoh kepadanya.
“Siapkan sebuah belanga besar, isi dengan air, dan masak hingga mendidih,” perintah Fir’aun lagi.
Ketika semua keluarga Siti Masyitoh telah berkumpul, Fir’aun memulai pengadilannya.
“Masyitoh, kamu lihat belanga besar di depanmu itu. Kamu dan keluargamu akan saya rebus. Saya berikan kesempatan sekali lagi, tinggalkan agama yang dibawa Musa dan kembalilah untuk menyembahku. Kalaulah kamu tidak sayang dengan nyawamu, paling tidak fikirkanlah keselamatan bayimu itu. Apakah kamu tidak kasihan padanya.”
Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Fir’aun, Siti Masyitoh sempat bimbang. Tidak ada yang dikhawatirkannya dengan dirinya, suami, dan anak-anaknya yang lain, selain anak bungsunya yang masih bayi. Naluri keibuannnya muncul. Ditatapnya bayi mungil dalam gendongannya. “Yakinlah Masyitoh, Allah pasti menyertaimu.” Sisi batinnya yang lain mengucap.
Ketika itu, terjadilah suatu keajaiban. Bayi yang masih menyusu itu berbicara kepada ibunya, “Ibu, janganlah engkau bimbang. Yakinlah dengan janji Allah.” Melihat bayinya dapat berkata-kata dengan fasih, menjadi teguhlah iman Siti Masyitoh. Ia yakin hal ini merupakan tanda bahwa Allah tidak meninggalkannya.
Allah pun membuktikan janji-Nya pada hamba-hamba-Nya yang memegang teguh (istiqamah) keimanannya. Ketika Siti Masyitoh dan keluarganya dilemparkan satu persatu pada belanga itu, Allah telah terlebih dahulu mencabut nyawa mereka, sehingga tidak merasakan panasnya air dalam belanga itu.
Demikianlah kisah seorang wanita shalihah bernama Siti Masyitoh, yang tetap teguh memegang keimanannya walaupun dihadapkan pada bahaya yang akan merenggut nyawanya dan keluarganya.
Ketika Nabi Muhammad Saw. isra dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, beliau mencium aroma wangi yang berasal dari sebuah kuburan. “Kuburan siapa itu, Jibril?” tanya baginda Nabi.
“Itu adalah kuburan seorang wanita shalihah yang bernama Siti Masyitoh,” jawab Jibril.
Selasa, 11 September 2012
Kandungan Surat Al-Kafirun
1. Surat Al kafirun disebut sgb Al Muqasyqisyah atau penyembuh karena kandungan nya menyembuhkan dan menghilang kemusrikan
2. Umat islam menolak usul kaum kafir untuk penyatuan agama dalam rangka mencapai kompromi
3. Mengajak masing-masing untuk melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan tanpa bersikap saling mengganggu
2. Umat islam menolak usul kaum kafir untuk penyatuan agama dalam rangka mencapai kompromi
3. Mengajak masing-masing untuk melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan tanpa bersikap saling mengganggu
4. Ajakan kaum kafir tidak logis karena setiap ajaran pokok suatu agama berserta perinciannya pasti berbeda.
5 Rasulullah saw. tidak akan menyembah Tuhan orang-orang kafir karena agama mereka bersifat menolak, ingkat, tidak dipercaya, dan mendustakan ayat-aayat dan syariat Allah swt.
~"SIFAT MUSTAHIL BAGI RASUL"~
Sifat Mustahil Bagi Rasul
Sifat-sifat
mustahil bagi rasul ada empat macam, yaitu Kidzib, Khiyaanah, Kitmaan
dan Balaadah yang akan dijelaskan sebagai berikut :
A. KIDZIB
Kidzib
artinya adalah dusta. Semua Rasul adalah manusia-manusia yang dipilih
oleh Allah SWT sebagai utusan-Nya. Mereka selalu memperoleh bimbingan
dari Allah SWT sehngga terhindar dari sifat-sifat tercela. Setiap rasul
benar ucapannya dan benar pula perbuatannya. Sifat dusta hanya dimiliki
oleh manusia yang ingin mementingkan dirinya sendiri, sedangkan rasul
mementingkan umatnya.
Allah SWT berfirman :
مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى
“Hatinya tidak mendustakan apa yang dilihatnya.” (An-Najm : 11)
Di ayat yang lain Allah SWT berfirman :
وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيْلِ . لاَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِيْنِ . ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَ
“Dan
sekiranya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atau (nama)
Kami, pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian Kami potong
pembuluh jantungnya.” (Al-Haqqah : 44-46)
B. KHIYAANAH
Khiyaanah
artinya adalah berkhianat atau curang. Tidak mungkin seorang rasul
berkhianat atau ingkar janji terhadap tugas-tugas yang diberikan Allah
SWT kepadanya. Orang yang khianat terhadap kepercayaan yang telah
diberikan kepadanya adalah termasuk orang yang munafik, rasul tidak
mungkin menjadi seorang yang munafik.
Sepanjang
sejarah belum pernah ada seorang rasul yang khianat kepada umatnya.
Demikian pula terdahap amanat yang telah diterima dari Allah SWT. Ketika
Rasulullah SAW menunaikan Haji Wada’, beliau berpidato di Padang Arafah
seraya berkata :
أَيُّهَا
النَّاسُ ! فَلاَ تَرْجِعُنَّ بَعْدِيْ كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ
رِقَابَ بَعْضٍ أَلاَ لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ . فَلَعَلَّ
بَعْضَ مَنْ يُبَلِّغُهُ أَنْ يَكُوْنَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ
سَمِعَهُ . أَلاَ بَلَّغْتُ ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ ! أَيُّهَا النَّاسُ !
إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ , وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ , كُلُّكُمْ مِنْ
آدَمِ وَآدَمَ مِنْ تُرَابٍ , إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ
, لَيْسَ لِعَرَبِيٍّ فَضْلٌ عَلىَ عَجَمِيٍٍّ إِلاَّ بِالتَّقْوَى .
أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ ! فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ الْغَائِبَ
“Hai
manusia, janganlah engkau kembali menjadi kafir sesudahku sehingga yang
satu golongan memerangi golongan yang lain. Ingatlah ! Yang hadir
hendaklah menyampaikan kepada yang tidak hadir. Barangkali orang yang
menerima pesan lebih pandai memelihara (pesan) daripada orang yang
mendengarkannya secara langsung. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah,
saksikanlah !
Hai
manusia, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu dan bahwasanya orang tuamu
satu. Kamu semua dari Adam, sedangkan Adam itu dari tanah. Bahwasanya
yang semulia-mulia orang di sisi Allah ialah yang paling taqwa di antara
kamu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas orang bukan Arab melainkan
dengan taqwa kepada-Nya. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah,
saksikanlah ! Yang hadir hendaknya menyampaikan (pesan ini) kepada yang
tidak hadir.
C. KITMAAN
Kitmaan
artinya adalah menyembunyikan. Semua ajaran yang disampaikan oleh para
rasul kepada umatnya tidak ada yang pernah disembunyikan. Jangankan yang
mudah dikerjakan dan difahami dengan akal fikiran, yang sulit pun akan
disampaikan olehnya seperti peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Tugas
rasul di dunia ini adalah menyampaikan wahyu Allah SWT kepada umat
manusia sebagai pedoman hidup. Semua rasul bersifat tabligh atau
menyampaikan wahyu dan mustahil bersifat kimaan atau menyembunyikan
wahyu yang diamanatkan kepada dirinya. Dengan penuh semangat dan rasa
tanggung jawab, para rasul melaksanakan tugas-tugasnya walaupun harus
menanggung segala resiko yang akan terjadi. Contohnya, Nabi Ibrahim AS
mendapat resiko dari Raja Namrud dan rakyatnya sehingga beliau dibakar.
Nabi Musa AS bersama kaumnya (Bani Israil) bersusah payah menyelamatkan
diri dari kejaran tentara Raja Fir’aun sehingga nyaris tertangkap
olehnya. Nabi Muhammad SAW berlumuran darah saat dilempari batu oleh
penduduk Thaif dan nyaris terbunuh saat akan hijrah ke Madinah.
Kesemuanya itu merupakan resiko yang harus dihadapi para rasul dalam
melaksanakan tugas sucinya.
Allah SWT berfirman :
إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوْحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الْأَعْمَى وَالْبَصِيْرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُوْنَ
“Aku
tidak mengikuti kecuali yang diwahyukan kepadaku, katakanlah apakah
sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak
memikirkannya.” (Al-An’am : 50)
D. BALAADAH
Balaadah
artinya adalah bodoh. Seorang rasul mempunyai tugas yang berat. Rasul
tidak mungkin seorang yang bodoh. Jika rasul bodoh, maka ia tidak akan
dapat mengemban amanat dari Allah SWT. Jadi, mustahil rasul memiliki
sifat bodoh.
Allah SWT berfirman :
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَ أَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
“Jadilah
engkau pemaaf dan serulah orang yang mengerjakan ma’ruf serta
berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Al-A’rof : 199)
Langganan:
Postingan (Atom)